Revitalisasi Kesenian Pacol Gowang, Kesenian Hits Banyuwangi yang Mulai Tenggelam
Pelataran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi mendadak ramai dengan kemeriahan Pementasan Revitalisasi Sastra Lisan Berbasis Komunitas Mocoan Pacul Gowang, Rabu malam, (27/10).
Suara anak-anak milenial terdengar begitu lantang melontarkan kesenian Pacol Gowang/Aljinan. Kesenian mocoan pacul gowang hampir mirip dengan kesenian macapat namun dibaca dengan bahasa Using Banyuwangi. Kata mocoan berasal dari bahasa Jawa yang berarti "membaca". Sedangkan, konotasi dari kata Pacul adalah "mengejek". Ada 7 sampai 8 pemain dalam satu grup di Mocoan Pacul Goang dengan kendang, biola, gong dan kluncing sebagai alat musik utama.
Para pemain membaca dan bernyanyi menggunakan versi dari lagu-lagu mocopat seperti kasmaran, arum-arum, Derma, Pangkur, sinom dan lainnya, dengan menggunakan gaya Blambangan. Dalam kegiatan Paculan atau mengejek adalah adegan terlucu dalam pertunjukan ini. Para paculan menggunakan pepatah, pantun atau lelucon. Untuk memulai paculan, para penonton biasanya mengatakan, "Paculan wis" (mari kita paculan) agar pemain mulai mengejek satu lainnya.
Acara ini diinisiasi oleh Kemendikbud Ristek bersama DKB dan difasilitasi oleh Disbudpar Banyuwangi dengan diikuti kelompok macaan tingkat SMP dan SMA se-Kabupaten Banyuwangi yang sebelumnya telah mengikuti pelatihan. Mereka tampak antusias dalam menampilkan pertunjukan yang sempat tenar pada eranya. Hal ini membuktikan bahwa seni mocoan pacul gowang masih disenangi dan sangat layak untuk dilestarikan.
"Revitalisasi sastra lisan Banyuwangi yang ada di kesenian mocoan Pacol Gowang itu penting untuk menjaga dan nguri-nguri budaya Banyuwangi dari himpitan budaya luar. Semoga dari acara ini akan banyak milenial yang tertarik untuk melestarikan dan mewariskan dari generasi ke generasi,” tutur Hasan Basri, Ketua DKB Banyuwangi.