Momen Kemerdekaan, Sendratari Meras Gandrung Pukau Penonton
Tari Gandrung merupakan ikon dari Kabupaten Banyuwangi. Awal mula tarian gandrung ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Dewi Sri yakni sang Dewi Padi.
Dalam perkembangannya, Tari Gandrung digarap menjadi sebuah sajian seni drama dan tari (sendratari) Meras Gandrung atau wisudanya penari Gandrung, yang digelar di Taman Gandrung Terakota, Banyuwangi. (19/08).
Sendratari Meras Gandrung rutin digelar di Taman Gandrung Terakota setiap sebulan sekali.
Di momen kemerdekaan ini, Meras Gandrung sangatlah tepat untuk dikunjungi. Nilai-nilai sejarah yang terdapat pada tari Gandrung yak lepas dari sejarah masalalu.
Pertunjukan ini secara langsung dibuka oleh Pendiri Taman Gandrung Terakota, Sigit Pramono.
"Pementasan sendratari Meras Gandrung merupakan cara kita melestarikan seni budaya dengan menggelar pertunjukan yang terjadwal. Kita memberikan ruang berkesenian bagi para seniman untuk melestarikan budaya dan kesenian yang kita miliki. Jadi, para wisatawan tau bagaimana seni dan budaya kita ini terus dilestarikan di Banyuwangi." ungkap Sigit.
Pertunjukan sendratari Meras Gandrung adalah sebuah pementasan tari secara kolosal oleh para penari gandrung.
Didalam cerita menggambarkan perjuangan keras seorang penari gandrung dalam mengatasi tantangan dan ujian berat agar dapat diwisuda menjadi penari gandrung.
Di akhir pertunjukan, para penari Gandrung mengajak penonton untuk menari bersama-sama di panggung pertunjukan. Mereka yang kebanyakan dari luar daerah sangat berantusias dalam menari bersama para penari Gandrung.
Taman Gandrung Terakota merupakan destinasi wisata sekaligus situs budaya yang memiliki sekitar seribu patung penari gandrung yang berbahan dasar gerabah (tanah liat) yang diletakkan di area persawahan di lereng Gunung Ijen.
Pagelaran sendratari Meras Gandrung sore tadi merupakan rangkaian dari road to Jazz Gunung. Tak hanya itu, Taman Gandrung Terakota juga menggelar Pasar Batik hingga meresmikan Rumah Batik Godin yakni museum batik yang didirikan oleh Sigit Purnomo yang berisi puluhan dokumentasi fisik dan digital batik Banyuwangi hingga Nusantara. Dan juga menghadirkan Kemisan Jazz dan Jazz Patrol.