Memasuki 9 Suro, Tradisi Gelar Songo Rutin Digelar Warga Glagah
Gelar Songo merupakan ritual adat yang digelar oleh masyarakat Desa Glagah setiap tanggal 9 Suro dalam penanggalan Jawa. Selamatan Gelar Songo erat kaitannya dengan kehidupan dan tatanan sosial masyarakat.
Tahun ini, Gelar Songo dirangkai dengan berbagai acara mulai tanggal 26 sampai puncaknya tanggal 30 Juli 2023. Beragam kegiatan seperti Mocoan Lontar Yusuf, Semaan Al-Quran, Selametan,Lomba Wangsalan dan Basanan, Pentas Seni.
Kemudian puncaknya hari Minggu, (30/07) diadakan Kirab Tumpeng Gelar Songo disepanjang jalan Desa Glagah, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Hadir pula Wakil Bupati Banyuwangi H. Sugirah.
Dalam tradisi Gelar Songo, ada sembilan isi tumpeng yang dirasa wajib dihadirkan, antara lain jajan pasar; jenang (merah, putih, hitam, dan kuning), rengginang, pisang muda, sego golong, kinangan, uang gobog, sayur cingur, dan nasi kuning dan nantinya dibawa(diarak) keliling kampung.
"Kalau menurut filsafat Jowo, ini bisa nutupi 'Babahan Howo Songo', sehingga semua kejelekan, kemurkaan, kemungkaran bisa lenyap di desa ini," kata H. Sugirah dalam sambutannya.
Pelaksanaan Gelar Songo adalah bentuk penghayatan masyarakat desa glagah terhadap nilai-nilai kehidupan dan jati diri manusia yang serba sembilan.
Babahan Howo Songo dimaknai menjaga 9 hawa atau 9 jalur udara di tubuh manusia. Diharapkan, setelah ritual adat ini manusia bisa lebih berakhlak lagi. Menjaga tutur kata dan menjaga dari hal-hal buruk.
Saat kirab, tumpeng-tumpeng yang dibuat dari masing-masing dusun di Desa Glagah diarak untuk kemudian dilombakan juga.
Pelaksanaan berbagai rangkaian kegiatan dalam tradisi Gelar Songo selama beberapa hari berdampak baik bagi perekonomian masyarakat sekitar. Sektor UMKM dan sejenisnya ramai diserbu pembeli yang datang menyaksikan tradisi tersebut.